Sambutan Pembina Upacara Hari Santri 2019

Dalam penyelenggaraan Hari Santri Nasional, setiap tahunnya Kementerian Agama merilis Sambutan Menteri Agama RI pada Upacara Peringatan Hari Santri. Pun pada perhelatan di tahun 2019 ini. Kemenag pun telah mengeluarkan teks sambutan yang akan dibacakan oleh pembina upacara upacara peringatan Hari Santri 2019.

Sehingga bagi panitia peringatan Hari Santri 2019, sanggup memakai teks sambutan tersebut sebagai sambutan pembina upacara peringatan Hari Santri 2019.

Biasanya, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama juga merilis teks sambutan. Namun hingga dengan artikel ini diterbitkan, gres mendapatkan teks sambutan pembina upacara yang dikeluarkan oleh Menteri Agama Republik Indonesia.

Dalam penyelenggaraan Hari Santri Nasional Sambutan Pembina Upacara Hari Santri 2019

Baca Juga:


1. Sambutan Menteri Agama pada Upacara Hari Santri 2019


Adapun sambutan Menteri Agama yang sanggup dipakai sebagai teks sambutan pembina upacara dalam upacara peringatan Hari Santri 2019, selengkapnya yakni senagai berikut.

SAMBUTAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA
PADA UPACARA PERINGATAN HARI SANTRI 2019
Tanggal 22 Oktober 2019

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Saudara-saudara santri di seluruh Tanah Air yang saya banggakan. Dalam suasana memperingati Hari Santri tanggal 22 Oktober 2019, marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, semoga rahmat, berkat, dan perlindungan-Nya senantiasa menyertai kita semua.

Saudara-saudara sekalian,

Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 telah memutuskan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri. Penetapan tanggal 22 Oktober merujuk pada tercetusnya "Resolusi Jihad" yang berisi fatwa kewajiban berjihad demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Resolusi jihad ini kemudian melahirkan insiden heroik tanggal 10 Nopember 1945 yang kita diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Sejak Hari Santri ditetapkan pada tahun 2015, kita selalu menyelenggarakan peringatan setiap tahunnya dengan tema yang berbeda. Secara berurutan pada tahun 2016 mengusung tema Dari Pesantren untuk Indonesia”, tahun 2017 "Wajah Pesantren Wajah Indonesia” , dan tahun 2018 “Bersama Santri Damailah Negeri”.

Meneruskan tema tahun 2018, peringatan Hari Santri 2019 mengusung tema “Santri Indonesia untuk Perdamaian Dunia”. Isu perdamaian diangkat berdasar fakta bahwa sejatinya pesantren yakni laboratorium perdamaian. Sebagai laboratorium perdamaian, pesantren merupakan kawasan menyemai pedoman Islam rahmatanlilalamin, Islam ramah dan moderat dalam beragama. Sikap moderat dalam beragama sangat penting bagi masyarakat yang plural danmultikultural. Dengan cara menyerupai inilah keragaman sanggup disikapi dengan bijak serta toleransi dan keadilan sanggup terwujud. Semangat pedoman inilah yang sanggup menginspirasi santri untuk berkontribusi merawat perdamaian dunia.

Saudara-saudara yang berbahagia,

Setidaknya ada sembilan alasan dan dasar mengapa pesantren layak disebut sebagai laboratorium perdamaian.

Pertama; Kesadaran harmoni beragama dan berbangsa. Perlawanan kultural di masa penjajahan, perebutan kemerdekaan, pembentukan dasar negara, tercetusnya Resolusi Jihad 1945, hingga melawan pemberontakan PKI misalnya, tidak lepas dari tugas kalangan pesantren. Sampai hari ini pun janji santri sebagai generasi pecinta tanah air tidak kunjung pudar. Sebab, mereka masih berpegang teguh pada kaidah hubbul wathan minal iman (cinta tanah air sebagian dari iman).

Kedua; Metode mengaji dan mengkaji. Selain mendapatkan bimbingan, contoh dan transfer ilmu pribadi dari kiai, di pesantren diterapkan juga keterbukaan kajian yang bersumber dari banyak sekali kitab, bahkan hingga kajian lintas mazhab. Tatkala muncul duduk perkara hukum, para santri memakai metode bahsulmasail untuk mencari kekuatan aturan dengan cara meneliti dan mendiskusikan secara
ilmiah sebelum menjadi keputusan hukum. Melalui ini para santri dididik untuk mencar ilmu mendapatkan perbedaan, namun tetap bersandar pada sumber aturan yang otentik.

Ketiga; Para santri biasa diajarkan untuk khidmah (pengabdian). Ini merupakan ruh dan prinsip loyalitas santri yang dibingkai dalam paradigma adat agama dan realitas kebutuhan sosial.

Keempat; Pendidikan kemandirian, keija sama dan saling membantu di kalangan santri. Lantaran jauh dari keluarga, santri terbiasa hidup mandiri, memupuk solidaritas dan gotong-royong sesama para pejuang ilmu.

Kelima; Gerakan komunitas menyerupai kesenian dan sastra tumbuh subur di pesantren. Seni dan sastra sangat kuat pada sikap seseorang, alasannya yakni sanggup mengekspresikan sikap yang mengedepankan pesan-pesan keindahan, harmoni dan kedamaian.

Saudara-saudara sekalian,

Adapun alasan yang Keenam adalah lahirnya bermacam-macam kelompok diskusi dalam skala kecil maupun besar untuk membahas hal-hal remeh hingga yang serius. Dialog kelompok membentuk santri berkarakter terbuka terhadap hal-hal berbeda dan baru.

Ketujuh; Merawat khazanah kearifan lokal. Relasi agama dan tradisi begitu kental dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pesantren menjadi ruang yang aman untuk menjaga lokalitas di tengah arus zaman yang semakin pragmatis dan materialistis.

Kedelapan; Prinsip maslahat (kepentingan umum) merupakan pegangan yang sudah tidak sanggup ditawar lagi oleh kalangan pesantren. Tidak ada ceritanya orang-orang pesantren meresahkan dan menyesatkan masyarakat. Justru kalangan yang membina masyarakat kebanyakan yakni jebolan pesantren, baik itu soal sopan santun maupun intelektual.

Kesembilan; Penanaman spiritual. Tidak hanya soal aturan Islam (fikih) yang didalami, banyak pesantren juga melatih para santrinya untuk tazkiyatunnafs, yaitu proses pencucian hati. Ini biasanya dilakukan melalui amalan zikir dan puasa, sehingga akan melahirkan fikiran dan tindakan yang higienis dan benar. Makanya santri jauh dari pemberitaan perihal intoleransi, pemberontakan, apalagi terorisme.

Saudara-saudara yang berbahagia,

Di samping alasan pesantren sebagai laboratorium perdamaian, keterpilihan Indonesia sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) semenjak 2 Januari 2019 hingga 31 Desember 2020, dimana bargaining position Indonesia dalam menginisiasi dan mendorong proses perdamaian dunia semakin kuat dan nyata, menjadi momentum bagi seluruh elemen bangsa, terutama kalangan santri Indonesia biar turut berperan aktif dan terdepan mengemban misi dan memberikan pesanpesan perdamaian di dunia intemasional.

Saudara-saudara sekalian,

Akhirnya kita juga patut bersyukur lantaran dalam peringatan Hari Santri Tahun 2019 ini terasa istimewa dengan hadirnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 perihal Pesantren. Dengan Undang-Undang perihal Pesantren ini memastikan bahwa pesantren tidak hanya menyebarkan fungsi pendidikan, tetapi juga menyebarkan fungsi dakwah dan fungsi dedikasi masyarakat. Dengan Undang-Undang ini negara hadir untuk memperlihatkan rekognisi, afirmasi, dan fasilitasi kepada pesantren dengan tetap menjaga kekhasan dan kemandiriannya. Dengan Undang-Undang ini pula tamatan pesantren mempunyai hak yang sama dengan tamatan forum lainnya.

Dalam kesempatan yang berbahagia ini, saya ucapkan "Selamat Hari Santri 2019, Santri Indonesia untuk Perdamaian Dunia".

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

a.n. Menteri Agama Republik Indonesia
Sekretaris Jenderal,

M. Nur Kholis Setiawan

Baca Juga:



2. Unduh Teks Sambutan Pembina Upacara Hari Santri 2019


Teks sambutan Menteri Agama Republik Indonesia pada upacara peringatan Hari Santri 2019 tersebut di atas sanggup juga diunduh dalam bentuk file pdf. Tentu kemudian untuk dibacakan oleh pembina upacara pada upacara peringatan Hari Santri 2019 di kawasan masing-masing. File tersebut sanggup diunduh melalui tautan di bawah ini.

Unduh sambutan Menteri Agama Republik Indonesia pada upacara peringatan Hari Santri 2019, KLIK DI SINI

Semikianlah sambutan pembina upacara Hari Santri 2019 yang diambilkan dari sambutan Menteri Agama RI. Semoga bermanfaat.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel